<body>


one step ahead
Saturday, August 30, 2008

Masakan Manado

Aku adalah a pure Javanese breeding (inuchan kali yeee). Sementara Merriel adalah orang Indonesia asli. Dia ga bisa dikategorikan sebagai keturunan suku manapun juga. Papa adalah orang Padang, sementara Mama adalah orang Manado keturunan Ternate. Karena Padang menganut sistem matrilineal sementara Manado menganut sistem patrilineal, basically he is neither Padangnese nor Manadonese. Karena puyeng, kalo ada orang tanya, aku selalu bilang kalo Merriel adalah orang Manado.

Postingan ini based on the assumption that he is a Madanonese.

Orang Jawa tidak makan ikan laut. Sementara orang Manado tidak makan kecuali ada ikan laut. Orang Jawa tidak punya kebiasaan menyanyi dan menari saat acara kumpul-kumpul. Sementara orang Manado tidak akan berkumpul kecuali ada acara menyanyi, menari dan dansa.

Waktu itu kita masih sama-sama kuliah ketika kali pertama aku mengerti tentang perbedaan ini. Aku diajak keluarga besar Manadonya untuk menghadiri acara makan-makan dalam rangka ulang tahun tante San. Acara makan-makan diadakan di restoran Camu-Camu (resto Manado tentu aja). Menunya banyak banget, tapi yang aku ingat cuma beberapa. Ada rica-rica, woku, kua asam, dabu-dabu, bubur manado dengan penutup es kacang merah. Dan mereka berbaik hati memesankan ayam panggang buat aku. Aku berusaha mencoba menu-menu Manado itu. Rasanya? Pengin muntah. Amis banget, asam banget, pedes banget.

Meskipun demikian aku cukup terhibur dengan acara nyanyi-nyanyi mereka. Semua orang berpartisipasi menyanyi. Suasananya asyik banget. Aku suka suasana seperti ini.

2 tahun kemudian, keluargaku menghadiri acara resepsi di Jakarta, yang tempatnya berdekatan dengan rumah Mama. Akhirnya kami sekeluarga diundang makan siang di rumah Mama. Menunya? Masakan Manado yang disesuaikan dengan lidah Jawa (yaitu pedesnya dikurangi). 2 menu yang aku ingat adalah woku dan bubur manado.

Keluargaku suka banget ama menu-menu itu. Mungkin karena udah disesuaikan dengan lidah Jawa ya. Bahkan bokapku berpesan supaya aku belajar bikin woku.

Itu adalah kejadian 8 tahun yang lalu. Sekarang, kondisinya berubah 180 derajat.

Pada saat di Jepang, aku belajar bikin rica-rica. Kenyataannya, rica-rica adalah salah satu masakanku yang tidak pernah mengecewakan.

Ketika aku balik ke Indonesia, aku menghabiskan waktu 3 minggu di rumah mertua. Mama agak surprised juga pas tahu aku bisa buat rica-rica. Pas ulang tahun Mama, kebetulan ada perayaan kecil-kecilan di rumah. Mama masak woku tongkol, aku masak ayam goreng saus mentega dan huzaren sla. Ga nyambung yaaaa... Maklum konsumennya kan beda. Mama masak buat orang Manado, sementara aku masak buat orang Jawa hehehe. Kenyataannya ternyata sungguh lucu. Hanya orang Manado yang makan woku, dan semua orang non-Manado menghabiskan masakanku. Hahahahaha....

Dari even ini, aku belajar masak woku. Belajar managemen pengolahan ikan supaya tidak amis. Belajar membedakan ikan segar dan ikan tidak segar.

2 minggu di rumah mama, lalu kita pindah ke rumah papa. Istrinya papa juga orang keturunan Manado-Padang, jadi masakan di rumah mama sebenarnya sama dengan masakan di rumah papa. Di rumah papa, aku masak rica-rica. Tante D (istrinya papa) nanya, "Belajar rica-rica dari siapa? Dari mama?". Hehehe.. bukan donk, kan belajar sendiri.

Ketika suatu saat aku bikin woku, tante D kembali nanya, "Belajar woku dari siapa? Dari mama?" Yup, kali ini tebakannya betul.

Lucunya... pembantu di rumah papa trus jadi suka ikut-ikutan masak woku. Setiap dia mau masak woku, mesti dia nanya ke aku dulu tentang bumbu-bumbunya. Huahaha... aneh banget ya, mosok nanya aku sih, harusnya kan nanya ke tante D aja yang jelas-jelas orang Manado.

Tapi lucunya, setiap aku masak woku buat mereka, pasti aku sendiri ga bisa makan. Karena kan pedes banget ya. Jadi, habis aku masak woku, trus aku nyuruh pembantu masakin indomie buat aku. Huahahaha....

Kalo di rumah orang-tuaku, aku juga sering masak ala Manado. Tapi... pedesnya disesuaikan. Paling cuma pake 5 buah cabe rawit merah. Kalo di Jakarta, aku masak woku dengan 30-40 buah cabe rawit merah. So... aku sbenernya agak kasihan juga sih ama Merriel. Mosok dia makan woku yang seperti itu sih.

Suatu saat, sepulang dari dokter fertilitas di kawasan Menteng, kita makan siang di Restoran Ikan Tude, restoran Manado tentu saja. Kita pesan woku cumi, tumis jantung papaya, dabu-dabu, trus rica-rica ikan. Masakannya benar-benar Manado banget. Aku sampe sakit perut gara-gara kepedasan. Kalo di Yogya, orang-orang suka kepedesan makan di Special Sambal. Padahal Special Sambal itu pedesnya biasa aja kalo dibanding dengan restoran Ikan Tude. Aku makannya sampe nangis. Semakin kesal karena suamiku BISA-BISAnya bilang, "Coba deh, kamu belajar masak woku yang seperti ini." Hoeeeeeeek.... apa enaknya woku seperti ini. Not edible at all. Jelas enakan woku buatanku kemana-mana donk. Aku makan sambil nangis, karena kepedesan dan karena kesel ama komentar suamiku. Dasar ga pengertian. Ke laut aja sana. Udah masakannya ga edible, mahal pula. Rubbish.

Akhirnya (akhirnya ya bow!!!!) dia menyadari kalo aku kepedesan. Trus minta maaf karena membuat aku ga bisa makan.

Pas aku hamil, aku kan pengin makan masakan Manado. Tapi makannya harus di restoran, bukan bikin sendiri. Dan tahu sendirilah, Yogya itu kan kampung banget ya. Semua serba ga ada. Akhirnya kita makan di restoran Dapur Manado. Pesen rica-rica roa. Ga tersedia menunya (maklum yaaaa... namanya aja kampung gitu lho...). Akhirnya kita pesan rica-rica ikan X (lupa nama ikannya) sama kua asam. Rasanya? Hahahahaha... Jawa banget. Ga ada pedes-pedesnya, persis masakanku kalo di rumah ortuku. Capeeeeek deh. Orang lagi nyidam masakan Manado yang benar-benar Manado kok disuguhi masakan Manado ala Jawa.

Hari ini aku bertekad ke Dapur Manado lagi. Mau makan rica-rica roa. Tapi musti telpon dulu untuk memastikan ada stock roa. Dan harus pada saat memesan, pelayannya musti dibilangin bahwa suamiku orang Manado bukan orang Jawa. Jadi jangan masak Manado ala Jawa.

Dan yang lebih menyebalkan... hari ini Kompas nulis tentang restoran-restoran Manado di jakarta. Ada beautika, dabu-dabu, camu-camu, baku dapa. Aaaaarghhhh.... menyebalkan... .

Aku pengin makan masakan mama. Woku cumi, bubur manado, dabu-dabu. Dabu-dabu buatan Mama adalah yang paling top selama ini. Sayang besok Lebaran aku ga bisa ke jakarta. Jadi aku akan melewatkan menu special Lebaran khas Manado. Ikan bakar dan dabu-dabu. Sluuuuuurp. Mosok musti Lebaran pake lontong opor dan sambal goreng ati? Hoooooekkkk... ngebayanginnya aja udah mau muntah.

Comments: Post a Comment
The Journal

tomorrow should be better than today



Blogroll Me!

Subscribe with Bloglines

Add http://cikubembem.blogspot.com to your Kinja digest

Listed on BlogShares


The Writer

Momo-chan.
Bukan orang biasa.
Ga suka MASAK.
Pecinta rotenburo.



Something Happened




Contact me

Send an email


Important Note

Postingan di blog ini terdiri dari kisah nyata dan fiksi. Dalam teknik penulisan di blog ini, aku lebih memilih menggunakan sudut pandang orang pertama, meski tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan sudut pandang orang ketiga.
Mengingat ada beberapa postingan yang bersumber pada kisah nyata, maka demi menjaga kerahasiaan responden, aku tidak bersedia menjawab pertanyaan yang bersangkutan dengan jati diri responden.
Kesamaan nama, tempat dan peristiwa adalah kebetulan belaka. Dan semua itu bertujuan agar maksud postingan tersampaikan dengan baik.


Archives

November 2004
December 2004
January 2005
February 2005
March 2005
April 2005
May 2005
June 2005
July 2005
August 2005
September 2005
October 2005
November 2005
December 2005
January 2006
February 2006
March 2006
April 2006
May 2006
June 2006
July 2006
August 2006
September 2006
October 2006
November 2006
December 2006
January 2007
February 2007
March 2007
April 2007
May 2007
June 2007
July 2007
August 2007
September 2007
October 2007
November 2007
December 2007
January 2008
May 2008
June 2008
July 2008
August 2008
October 2008
December 2008
February 2009
March 2009


Previous Posts

Pencopet yang tidak beruntung
Speedo LZR
Working at home mom (???)
Januarisman, The Next Indonesian Idol
Soft Opening: Toko Batik Online, BelanjaBatik.Com
BelanjaBatik.Com : Behind the Store
Kuryu Kohei
Nggaya banget sih kamu?
Celebrating 1 year....
Batik kawai


Friends




Links

Panasonic Scholarship Japan
Panasonic Scholarship Indonesia
Mie University
Japanese-English Online Dictionary


Member of









Credits

  
  
  
  



Designed by mela
Get awesome blog templates like this one from BlogSkins.com