one step ahead
|
Saturday, February 05, 2005
Malam yang kelam. Tidak terlalu dingin tapi mendung. Tak ada bintang-bintang menghias langit. Benar-benar kelam. Hmmm... kelamnya malam tidak selamanya berarti kelamnya hari ini. Karena hari ini sebenarnya adalah hari yang membahagiakan untukku.
"Kamu butuh simpati orang lain?" pertanyaannya cukup membuatku terhenyak. Ya... butuhkah aku simpati orang lain? "Ga tuh..." jawabku tidak yakin. "Kalau kamu tidak butuh simpati orang lain, maka berhentilah untuk mencari simpati orang lain" dia menghakimiku. Hah???? Mencari simpati orang lain kah aku ini? Buat apa.... "Tahukah kamu jalur itu untuk apa?" tanyanya sambil menunjuk jalur khusus yang dibatasi tali. "Ga tau... buat sepeda kali..." cuek banget aku menjawabnya. "Bukan... itu untuk orang buta" jelasnya. Lalu aku teringat temanku yang menceritakan bahwa di eskalator ada tempat-tempat tertentu yang dilengkapi huruf braille sehingga orang buta tahu kapan harus melangkahkan kaki pertanda jalur eskalator telah berakhir. Juga lift yang selalu dilengkapi dengan huruf braille. "Pernahkah kamu melihat ada orang buta berjalan di jalur khusus itu?" matanya sangat tajam menusuk hati ketika mengajukan pertanyaan ini. "Belum pernah sepertinya" aku menjawab masih dengan tidak yakin karena menurutku itu bukan jalur orang buta. "Kapan-kapan kalo ada orang buta lewat di jalur itu, cobalah untuk membantunya menyeberang. Seperti apa yang mungkin kamu lakukan di negaramu jika ada orang buta akan menyeberang. Atau seandainya dia tidak akan menyeberang, bantulah dia berjalan. Kamu pikir orang buta itu akan menerima bantuanmu? Tidak. Ingat sekali lagi, TIDAK. Bantuanmu akan ditolak mentah-mentah. Dia tidak akan menerima bantuanmu. Dia memang buta tapi tidak butuh simpatimu. Ingat itu. Jadi jangan sekali-sekali membantu orang buta disini. Karena mereka TIDAK BUTUH simpatimu" matanya dipenuhi kilat yang menyambar di tengah malam. "Kamu pikir buat apa pemerintah Jepang membuat zebra cross yang dilengkapi dengan lampu pengatur dan suara? Lampu pengatur itu ditujukan untuk pengguna dan penyeberang jalan yang normal seperti kita. Sementara suara itu ditujukan untuk orang buta. Jadi menyeberang jalanpun mereka sama sekali tidak butuh bantuan" jelasnya. "Seandainya orang buta saja tidak butuh simpatimu, mengapa kamu harus butuh simpati orang lain? Ternyata orang buta masih jauh lebih baik daripada kamu" hugh desk.... satu hujaman terakhir di hati. Lalu aku teringat peristiwa tadi siang. Tadi siang Pak Rio Menajang mengirim message di friendsterku. Katanya dia setuju dengan apa yang aku tulis di profile friendsterku. Hmmm.... setuju ama statement yang mana aku juga tidak tahu. Tapi yang jelas disitu ada suatu statement bahwa orang yang tidak pernah menggantungkan kesuksesannya kepada orang lain adalah orang-orang yang dicari oleh lembaga-lembaga donor beasiswa. Mungkin statemen itukah yang Pak Rio setujui? Entahlah.... Percaya diri. Punyakah kita percaya diri? Kalo kita masih memerlukan orang lain untuk menumbuhkan percaya diri, hebatnya apa gitu loh. Bahkan orang buta pun masih lebih hebat dari kita. Jangan mau kalah dengan orang buta. Karena Tuhan sudah begitu baiknya menciptakan kita dengan fisik yang tidak kurang satu apapun, maka jadilah manusia seperti apa yang sudah Dia ciptakan. Kalau orang buta saja bisa untuk tidak bergantung kepada orang lain, kenapa kita tidak mencoba untuk tidak bergantung pada orang lain? "Berjanjilah untuk berubah" dia membuyarkan lamunanku. "I promise you not to look for anybody's sympathize" dan malam pun tersenyum untuk menyambut hari esok. Mulailah dari sekarang. Berubahlah sejak saat ini. Karena siapa yang bisa menjamin bahwa besok kita masih bisa hidup? For tomorrow that should be better than today. Special thanks: Sang Guru
Comments:
Post a Comment
|
The Journal
tomorrow should be better than today Blogroll Me! The Writer
Momo-chan. Bukan orang biasa. Ga suka MASAK. Pecinta rotenburo. Something Happened Contact me Send an email Important Note
Postingan di blog ini terdiri dari kisah nyata dan fiksi. Dalam teknik penulisan di blog ini, aku lebih memilih menggunakan sudut pandang orang pertama, meski tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan sudut pandang orang ketiga. Mengingat ada beberapa postingan yang bersumber pada kisah nyata, maka demi menjaga kerahasiaan responden, aku tidak bersedia menjawab pertanyaan yang bersangkutan dengan jati diri responden. Kesamaan nama, tempat dan peristiwa adalah kebetulan belaka. Dan semua itu bertujuan agar maksud postingan tersampaikan dengan baik. Archives
November 2004 December 2004 January 2005 February 2005 March 2005 April 2005 May 2005 June 2005 July 2005 August 2005 September 2005 October 2005 November 2005 December 2005 January 2006 February 2006 March 2006 April 2006 May 2006 June 2006 July 2006 August 2006 September 2006 October 2006 November 2006 December 2006 January 2007 February 2007 March 2007 April 2007 May 2007 June 2007 July 2007 August 2007 September 2007 October 2007 November 2007 December 2007 January 2008 May 2008 June 2008 July 2008 August 2008 October 2008 December 2008 February 2009 March 2009 Previous Posts
Help Kevin What's wrong with you? Finding the happiness Finding Nemo David Ganbare Aku adalah milik Sang Pemanah Penggalangan dana gempa Aceh di Jepang Setelah tsunami berlalu...... Aku dan bintang Only one flower in the world Friends
Links
Panasonic Scholarship Japan Panasonic Scholarship Indonesia Mie University Japanese-English Online Dictionary Member of Credits
|