Sampe saat ini aku udah pernah pergi ke 3 orang dokter kandungan. Dokter A, dokter perempuan di Yogya. Dokter B, dokter perempuan di Tsu. Dokter C, dokter laki-laki di rumah sakit depan asramaku (di Tsu). Waktu itu aku kena tokso.

Terus terang aja, aku ga setuju ama analisis dokter A. Menurut dia, IgG tokso harus diturunkan. Setahuku, dokter kandungan di Indonesia terbagi menjadi 2 kelompok dalam hal penanganan tokso. Kelompok KU UI dan kelompok non KU UI. Kelompok yang satu berpendapat IgG tokso harus diturunkan. Sementara kelompok yang lain berpendapat IgG tokso ga perlu diturunkan.

Aku bukan dokter. Tapi dalam logikaku, IgG tokso tidak perlu diturunkan. Meski aku ga sependapat ama dokter A, tapi aku manut aja ama dia.

Selain minum obat dari dokter A, aku juga minum obat yang aku rancang sendiri :D . Butuh waktu lama buat penyembuhan, karena IgM toksoku tinggi banget. Pas udah di Jepang, dokter B ngasih aku obat. Dan dokter B ga ngasih obat buat nurunin IgG tokso. Bagus deh. At least aku ditangani oleh dokter yang sependapat ama aku :D .

Sekarang aku mau ke dokter kandungan lagi. Mau konsultasi tentang asam folat. Dulu, dokter A menganjurkan aku untuk terus-menerus mengkonsumsi tablet asam folat. Tapi nasehatnya ga aku perhatikan hehehe. Udah ga percaya duluan ama dia, gara-gara pengobatannya tentang IgG tokso itu. Ternyata bener bo. Ada kelompok lain (dokter) yang tidak menganjurkan untuk mengkonsumsi tablet asam folat. Nah lho. So, sekarang aku selalu ngemil cereal, karena cereal difortifikasi ama asam folat.

Moreover, dokter A ini selalu mengampangkan masalah. Mungkin karena pasiennya banyak, maka dia ga suka pasiennya nanya-nanya. Maklum, dokter A ini dokter terkenal di Yogya.

Yang paling aneh adalah, dokter A merasa heran banget karena aku begitu tertib melakukan tes kesehatan pranikah yang lengkap banget. Dia bilang "Wah mbak, kalo semua orang tes kek mbak ini, bisa-bisa semua orang didiagnosis sakit." Ampun deh. Pie sih iki. Aku juga tahu bahwa kesadaran untuk melakukan tes kesehatan pra-nikah itu masih rendah. Tapi kok trus dia jadi merasa bahwa aku orang aneh. Kan harusnya dia yang advice pasiennya biar menjalani tes kesehatan lengkap. Apakah bisa disebut aneh apabila sebelum menikah, seorang perempuan mengambil tes TORCH lengkap?

Waktu aku keputihan, dokter itu juga mengampangkan masalah. Dia cuma bilang "Ga papa kok. Itu adalah hal yang biasa." Lha, emang dia meriksa lendir vaginaku apa? Bisa-bisanya berpendapat kek gitu. Akhirnya aku pergi ke dokter lain. Aku minta diperiksa di lab. Hasilnya, dokter bilang itu adalah keputihan yang biasa. Bukan penyakit. Nah... ini kan jelas. Berpendapat setelah melihat hasil pemeriksaan. Ga kaya dokter A, ga meriksa apapun juga, ujug-ujug berpendapat. Nani sore?