![]() |
one step ahead
|
Wednesday, December 29, 2004
Bagi warga Indonesia di Jepang, yang tidak tergabung dalam milis PPI Jepang (Persatuan Pelajar Indonesia) sehingga belum mengetahui info berikut ini dan berkeinginan untuk menyumbangkan bantuan dana, silakan tranfer ke rekening berikut ini :
1) Bank : Mitsui Sumitomo Bank Cabang : Jiyugaoka Nama : PPI Jepang Hastari Eka Anandhita No rekening : 6761431 2) Rekening pos nomor: 10090 - 86753301 Atas nama: Hastari Eka Anandhita PPI Komsat Toyohashi telah melakukan penggalangan dana dari lingkungan kampus, perusahaan dan masyakat umum di Toyohashi. Apabila berkeinginan untuk melakukan hal serupa, silakan download contoh pamflet dalam bahasa jepang di arsip FILE milis ppi-jepang@yahoogroups.com. Apabila kebetulan tidak bergabung dengan komunitas PPI Jepang, silakan menghubungi saya lewat japri untuk mendapatkan file tersebut. Berikut ini adalah "laporan" dari PPI Komsat Toyohashi. Semoga bisa menular ke komsat yang lain maupun yg tidak tergabung dalam komunitas PPI. Assalamu'alaikum wr wb.
==========================================================================
==========================================================================
Membantu Indonesia, dengan apa yang kita bisa. Monday, December 27, 2004
Pertama kali aku melihat peta universitasku dari internet, yang ada hanya rasa takut. Benar2 universitas di pinggir pantai. Dengan reputasi 60% gempa didunia ini terjadi di Jepang, tak ada hal lain yg terlintas di pikiranku selain "ini terus kalo ada gempa di laut dan terjadi tsunami, apa universitasnya ga tersapu ombak?" ![]() Mie University
"Gempa Nantokkai nanti 10 kali lebih kuat dari gempa kemarin. Dan itu akan menimbulkan tsunami 10 meter. Tapi kamu santai aja, lab kita kan ada di lantai 7" jelas senseiku.
Kemudian dalam suatu party bersama anak2 lab, kebetulan topik yg sedang hangat diperbincangkan saat itu adalah gempa. Pertanyaan yg sama aku ajukan kepada anak2 Jepang itu. Jawaban mereka sama dengan jawaban sensei "Melarikan diri" sambil senyum2 mereka juga bingung sendiri "tapi kalo tsunami terus gimana ya...". Yang lain menimpali "Pake perahu karet. Ketika gempa terjadi, kamu tiup dulu itu perahunya, trus melarikan diri dari pintu darurat, loncat ke air laut dengan perahu pada saat tsunami datang" hahahahaha... benar2 lelucon yang tidak lucu. Apa yg harus dilakukan kalo gempa dan tsunami datang? Tidak ada satu orang pun yang bisa menjawab. Sampe ketika akhirnya hari ini aku melihat foto2 di yahoo news mengenai gempa di Aceh yang menewaskan beribu2 orang di 6 negara. Ada beberapa bangunan yg terkena tsunami yg berefek robohnya bangunan tersebut atau dinding2nya hancur. Mengerikan... Tapi setidaknya akhirnya aku menemukan jawaban dari pertanyaanku. Apa yg harus dilakukan ketika gempa Nantokkai itu datang? Melarikan diri keluar gedung dengan resiko tersapu tsunami. Atau tetep di dalam gedung dengan resiko kebakaran atau tertimpa dinding atau gedung roboh ketika tsunami datang. Ternyata berada di dalam atau di luar gedung semua ada resikonya. Akhirnya yg bisa dilakukan hanya pasrah saja. Karena hidup kita, bukan kita yang memiliki. Sunday, December 19, 2004
![]() 3 stars allignment. 3 bintang berada dalam satu garis. Aku melihatnya malam ini dengan mata telanjang. I don't have any telescope but it was really beautiful. Seandainya kita memiliki langit dengan pemandangan yang sama, lihatlah kesana. Seandainya aku melihat di langit selatan lalu kamu akan memandang disebelah mana? Fiuuuhh... bahkan langit yang sama pun tidak bisa kita miliki.
Sunday, December 12, 2004
Friday, December 10, 2004
Suatu hari di tahun 2001, AIESEC mengadakan job-fair di Manggala Wanabhakti Jakarta. Waktu itu aku belum lulus kuliah. Tapi karena adanya suatu bisikan kuat di dalam hati, akhirnya aku menghadiri acara itu. Acara itu sendiri sebenarnya tidak menarik untukku yang mahasiswa Teknik Kimia. Rata-rata pekerjaan yang ditawarkan adalah di bidang akuntansi. Lalu untuk apa aku hadir di acara ini. Berapa uang yang terbuang percuma untuk hadir di acara ini. Tapi.. akhirnya jawaban itu muncul di suatu session dengan seorang pembicara yang aku lupa namanya. Pembicara itu mengisahkan seorang public figure di Indonesia. Seorang public figure yang sederhana. Yang sehari-hari hanya ditemani Panther kesayangannya. Sementara relasi dan kawan seprofesinya setiap hari dikawal oleh mobil-mobil mewah yang membuat mata silau. Tentu saja si public figure ini selalu menjadi bahan pergosipan yang empuk. Panthernya adalah gosip utama waktu itu. Mungkin karena kawan-kawan seprofesinya sudah merasa gerah karena si public figure ini tak kunjung mengganti mobilnya, maka rekan2 seprofesi ini membuat kesepakatan untuk menyampaikan secara langsung kegundahan hati mereka. Akhirnya tibalah saat dimana mereka semua berkumpul. Satu orang yang paling dekat dengan si public figure didaulat untuk mengutarakan uneg-uneg itu. "Pak, setiap hari kan bapak harus berhubungan dengan pejabat2 negara, relasi2 yang berkelas. Alangkah lebih baik kalo Bapak mengganti mobil bapak dengan mobil lain yang lebih berkelas. Uang kan bukan masalah buat Bapak" si rekan sejawat mengompori. Sang public figure menyadari bahwa selama ini selalu berhembus gosip2 mengenai dia dan mobilnya. Dan dia juga menyadari bahwa berpuluh2 pasang kuping bersiap-siap menunggu jawabannya. Maka dengan kalemnya dia menjawab "Hmmmm... Mungkin anda-anda ini memang memerlukan Volvo atau BMW supaya orang2 bisa mengenal siapa anda. Tapi saya sama sekali tidak memerlukannya. Dengan Panther-pun orang sudah tahu kok siapa saya. Saya tidak butuh BMW supaya orang mengenal siapa saya. Jadi untuk apa mengganti mobil kalo tidak ada gunanya?". Dan seketika terjadi keheningan karena kekalahan telak itu. Lalu... siapakah sebenarnya kamu? Kamu membutuhkan apa supaya orang mengenalmu? Monday, December 06, 2004
Ketika sedang menunggu kereta di Nagoya Eki Kintetsu Line, tiba2 seorang Nihonjin menyapaku. Sapaan yg sungguh membuat terkejut, karena dia mengawali dengan pertanyaan "Mie Daigakusei desu ka?" (kamu mahasiswa Mie University?). Wow wow wow... what kind of question it is. Biasanya orang selalu menyapa dengan "Mareshia-jin desu ka? Indoneshia-jin desu ka?". Tapi pertanyaan kali ini sungguh sangat spesifik dan yang lebih mengherankan lagi adalah tebakannya sangat tepat. Lalu jadilah akhirnya aku duduk bersebelahan dengan Yoshikane-san. Seseorang laki2 berusia sekitar 55 tahun yang ternyata lumayan bisa bahasa Melayu. Dia menceritakan tentang impiannya bahwa suatu saat ingin menghabiskan masa tuanya di Malaysia. Yoshikane-san mulai belajar bahasa melayu ketika beliau berkenalan dengan anak2 kenshuusei (peserta training di perusahaan) dari Malaysia. Kemudian akhirnya beliau menyadari bahwa dengan kemampuannya berbahasa Melayu, dia juga bisa melebarkan sayap untuk bercakap2 dengan orang Indonesia. Jadilah akhirnya kami bercakap2 dalam Nihongo dan bahasa Melayu. Dan honestly speaking ak lebih ngerti ketika dia ngomong pake Nihongo daripada ketika dia pake bahasa Melayu. Pronounciationnya kacau habis, sangat kacau sehingga aku sampe bingung... ini sebenarnya dia lagi ngomong pake bahasa apa sih ya... hehehe. But... semangatnya untuk belajar bahasa lain di usianya yg sudah senja sungguh merupakan suatu hal yang harus dikagumi. Yang membuatku sangat penasaran sbenernya adalah cita2nya bahwa suatu saat nanti dia ingin tinggal selamanya di Malaysia. What is something behind his dream? Dalam obrolanku dengannya, kami menyepakati suatu hal, bahwa keluarga adalah hal yang penting didalam hidup. Menurut Yoshikane-san, generally, orang Malaysia dan Indonesia berprinsip seperti itu. Yoshikane-san menyesalkan bahwa di Jepang, mereka tidak mempunyai pandangan sepeti itu. Ayah-ibu adalah bagian yang terpisah dari anak2. Ketika anak2 ini sudah menjadi dewasa dan menikah, maka mereka akan hidup terpisah, sedemikian rupa sehingga tidak ada satu anakpun yang hidup menemani orang tuanya. Menurut Yoshikane-san, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan cara pikir dan cara pandang terhadap kehidupan dan cara hidup dari 2 generasi ini. Perbedaan itu menyebabkabkan tidak mungkin untuk tetap hidup dalam satu rumah. Akhirnya... jadilah ayah-ibu yang sekarang statusnya sudah berganti menjadi kakek-nenek, tinggal berdua dalam rumah tanpa ditemani anak2 atau cucu2 mereka. Sampe ketika maut memisahkan mereka, ketika salah satu dari kakek-nenek ini meninggal, maka hanya ada satu orang kakek/nenek yg hidup dalam satu rumah. Lalu siapa yang memasak untuknya? "Kan tinggal beli makanan yg siap makan di supermarket". Lalu siapa yang mencuci? "Kan ada mesin cuci". Sungguh sangat berbeda dengan Indonesia dan Malaysia, dimana generally, masih ada setidaknya satu orang anak yg tinggal bersama orang tuanya untuk membantu merawat mereka dikala usia senja. "Aku ingin menghabiskan sisa hidupku selamanya di Malaysia." Matanya menerawang jauh ke depan, tak tahu apa yg sedang dia pikirkan. "Okane... okane... okane... itu saja yg ada dalam pikiran orang Jepang. Hidup bagi kami hanyalah berhubungan dengan uang saja. Kalo masalah uang terpenuhi, maka semua permasalahan terselesaikan. Orang Malaysia tidak seperti itu kan? Mereka selalu masih punya waktu untuk keluarga", jelasnya panjang lebar. Tiba-tiba ak teringat nasihat bbrp seniorku. Mereka menyarankan untuk banyak2 ngobrol dengan kakek nenek untuk meningkatkan kemampuan bahasa Jepang. Di satu sisi kakek nenek ini kesepian karena sudah ditinggalkan anak2 mereka. Di satu sisi kita juga terbantu untuk belajar bahasa Jepang krn kakek nenek kan ngobrolnya juga ga terlalu cepat. Sungguh sangat mengiris hati, mendengarkan pengakuan seseorang, yg sudah membayangkan betapa sepi hidupnya di usia senja nanti, sedemikian sepinya sehingga tinggal selamanya di Malaysia masih jauh lebih indah daripada tinggal di negerinya sendiri. Sedemikian sepinya sehingga dia beranggapan bahwa orang2 Malaysia yg ramah jauh lebih "berasa keluarga" daripada keluarganya sendiri. Fiuuuuhhh... ak bahagia bahwa ak orang Indonesia. New vocabulary today: Saturday, December 04, 2004
Sejak kecil, aku suka banget ngliat benda2 langit. Bulan, bintang... alhamdulillah pernah ngliat bintang jatuh... (tapi blum sempat make a wish eh udah hilang dari pandangan). Sampe ketika suatu saat aku ngliat bulan dan bintang bersama temanku si Pemain-Gitar, ada orang tak dikenal yang mengenalkan aku kepada Alpha Centaury. Warnanya yg kuning membuatnya berbeda dari bintang yang laen. Sejak itu... setiap kali melihat benda2 langit... Alpha Centaury selalu menjadi benda langit pertama yang aku cari.
Special thanks:
|
The Journal
tomorrow should be better than today ![]() Blogroll Me! ![]() ![]() ![]() The Writer
Momo-chan. Bukan orang biasa. Ga suka MASAK. Pecinta rotenburo. Something Happened Contact me Send an email Important Note
Postingan di blog ini terdiri dari kisah nyata dan fiksi. Dalam teknik penulisan di blog ini, aku lebih memilih menggunakan sudut pandang orang pertama, meski tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan sudut pandang orang ketiga. Mengingat ada beberapa postingan yang bersumber pada kisah nyata, maka demi menjaga kerahasiaan responden, aku tidak bersedia menjawab pertanyaan yang bersangkutan dengan jati diri responden. Kesamaan nama, tempat dan peristiwa adalah kebetulan belaka. Dan semua itu bertujuan agar maksud postingan tersampaikan dengan baik. Archives
November 2004 December 2004 January 2005 February 2005 March 2005 April 2005 May 2005 June 2005 July 2005 August 2005 September 2005 October 2005 November 2005 December 2005 January 2006 February 2006 March 2006 April 2006 May 2006 June 2006 July 2006 August 2006 September 2006 October 2006 November 2006 December 2006 January 2007 February 2007 March 2007 April 2007 May 2007 June 2007 July 2007 August 2007 September 2007 October 2007 November 2007 December 2007 January 2008 May 2008 June 2008 July 2008 August 2008 October 2008 December 2008 February 2009 March 2009 Previous Posts
Kamu minum susu apa? Adaptasi yg Gagal: Berlalu Lintas Senna atau Keita?? Liat J-ROCKS Ingat Kamechan Babyboy babygirl? Sensasi kecipratan salto pembalikan Masakan Manado Pencopet yang tidak beruntung Speedo LZR Working at home mom (???) Friends
Links
Panasonic Scholarship Japan Panasonic Scholarship Indonesia Mie University Japanese-English Online Dictionary Member of ![]() ![]() ![]() Credits
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |