<body>


one step ahead
Thursday, January 25, 2007

Ribut all the day

Aku dulu pernah cerita tentang temen lab-ku, Mr. Penyetok Barang (selanjutnya disebut Mr. PB). Dia ini adalah Ph.D candidate tahun ke2 (D2) dari negara tetangga. Kebetulan dia baru saja datang ke Jepang setelah liburan selama 55 hari. Edan ya? Dia memang edan kok :)

Pada saat dia datang kemarin, dia langsung cerita ke aku macem-macem bikin excuse yang intinya dia sibuk nganterin orang tuanya ke rumah sakit. Aku tahu kok, banyak temenku yang selama studi di Jepang orang tuanya jatuh sakit trus mereka pulang. Even then, mereka juga cukup tahu diri dengan hanya pulang beberapa hari saja. Yang lebih tragis, ada temenku yang pulang ke Indonesia buat jenguk bapaknya yang lagi sakit. Trus dia pulang ke Jepang, pada saat dia menginjakkan kakinya di Jepang, bapaknya meninggal. Shoganai kara, dia ga bisa pulang lagi buat melayat bapaknya. To sum up, menjadi ryuugakusei (international student) itu emang berat ya. Apalagi ryuugakusei yang punya sponsor. Karena ga bisa seenaknya pulang. Nah, temenku itu termasuk yang tidak tahu diri. Semua orang pada heran dengan tingkah laku dia liburan 55 hari.

Sbenernya aku seneng kalo Mr. PB ga ada di lab. Karena aku ama dia tu sukanya ribut melulu. Chemistrynya ga cocok kali ya. Nah, karena dia udah balik ke lab lagi, mulailah kita ribut-ribut lagi. Ini baru jam 4 sore, dan hari ini kita udah meributkan 2 macam hal.

PERTAMA.

Dia begitu ngenyel bahwa there is something missing di pojokan dekat pintu. Menurut dia, pas oosoji (cleaning day), kita merubah susunan pojokan itu. Aku bilang, emang kek gitu kok dari dulu, pas oosoji ga ada yg diubah di pojokan itu. Dia tetep ngenyel ada yang berubah. Trus dia menyelidiki sana sini. Trus bilang gini "Aku tahuuu. Di situ dulu ada refrigerator -20 kan. Nah refrigeratornya itu dipindah ke sebelahnya clean bench. Ya to." Ih ngawur banget deh, orang refrigerator -20 itu kan dipindahinnya udah sejak 6 bulan yang lalu. Bukan pas oosoji. Udah aku jelasin gitu, dia tetep aja ngenyel. Aku ga terima lah. Pokoknya aku udah bersikeras ga akan pernah ngalah ama dia, kalo aku memang merasa benar. Akhirnya dia nyelidikin lagi, trus dia sadar bahwa dia salah. Trus dia bilang "Oooo aku tahu. Pojokan itu ga berubah. Tapi di dekat rak chemical itu lho.. itu berubah kan? Dulu ada 2 kulkas disitu. " Iya, kali ini dia benar. Emang 1 kulkas di sebelah rak chemical itu dibuang pas oosoji.

Tapi intinya tetep sama. Dia ngenyel pada sesuatu yang jelas-jelas salah. Setelah dia merasa salah, dia mencari-cari hal lain yang bisa mensupport bahwa dia tidak 100% salah. Karena ga terima bahwa pendapatnya tentang pojokan dekat pintu itu ternyata salah, dia mencari-cari bukti lain (yang ga ada hubungannya dng pojokan dekat pintu) untuk mensupport bahwa dia ga 100% salah.

KEDUA

Dia cerita bahwa di negara lain itu, menjadi Ph.D ga butuh paper (paper means artikel yg dipublish di jurnal internasional). Iya, ini aku setuju. Karena ada temenku lulusan S2 dari Australia juga cerita hal yang sama. Ph.D di OZ ga butuh paper. Jadi lulus atau tidak dari Ph.D program tu ya tergantung sidang para profesor. Dia menceritakan hal yang sama di Jerman.

Menurutku, Ph.D dengan syarat paper (seperti di Jepang) lebih susah daripada Ph.D tanpa syarat paper. Tapi menurut dia, Ph.D tanpa paper itu lebih susah, makanya dia datang ke Jepang. Bagian ini aku ga masalah, beda pandangan dalam melihat sesuatu, ini adalah hal yang biasa bukan.

Yang menyebalkan adalah bagian berikut ini.

Dia bilang, even in Japan, ternyata ada universitas yang ga mensyaratkan paper untuk bisa lulus Ph.D. Aku jelas kaget dengan informasi ini.

Trus aku tanya ke dia "Iya po. Emang universitas mana tu yang bisa meluluskan tanpa paper?"

"Osaka University."

"Ngawur. Aku punya temen di Osaka University. Di labnya dia aja, butuh 3 paper buat lulus Ph.D. Makanya dia bilang ke aku, kalo misalnya dia mau lanjut Ph.D, dia mau pindah ke fakultas lain di Osaka University, yang mensyaratkan cuma 1 paper."

"Wooo.. iya to. Brarti bukan Osaka dink," dia membela diri "universitas di Tokyo keknya. Sorry, bukan Osaka ternyata, tapi universitas di Tokyo. Baru inget aku."

"Aku punya temen di Tokodai. Di jurusan dia, syaratnya emang cuma 1 paper. Tapiiiii... 1 paper tu bener-bener hanya boleh dipublish di joournal dengan grade A. Paper di journal selain itu, tidak bisa dijadikan syarat kelulusan. Gila banget kan, bisa kamu bayangkan beratnya," aku lagi-lagi mengajukan seribu satu bukti.

"Tu dimana ya?"
"Tokodai."

"Tokodai itu apa sih?" dia emang geblek banget kok bahasa Jepangnya. Tokodai aja ga tau, ke laut aja deh.
"Tokyo Institute of Technology."

"Heeh? Universitas apa tu? Bagus engga tu? Kok kek baru denger aku," kata-katanya polos membuktikan bahwa dia emang tidak punya pergaulan. Tokodai aka TIT kok ga tau tu lho ah.

Trus dia tanya lagi "Eh temenmu yang di TIT itu emang jurusan apa?"
"Apa ya, something like IT keknya ya."

"Oooo... bukan-bukan. Bukan IT kok. Maksudku tu, yang jurusannya kek punya kita."

"Lha... temenku yg di Osaka itu, itu jurusannya sama kek punya kita kok. Bahkan bos inceranku tu ya bosnya dia itu," aku masih punya bukti lain hohoho, mau apa lu heh?

"Brarti bukan Osaka, bukan TIT. Tokyo University brarti. Iya bener, Tokyo University."

Kali ini aku mentok. Ga pernah nanya ke temen yang di Tokyo University soalnya. Mosok aku asal ngomong tanpa bukti sih. Tapi aku tahu, di milis PPI Jepang emang pernah ada yang cerita, ada Ph.D tanpa paper, karena data risetnya itu rahasia. Special case gitu deh. Aku sampaikan fakta ini ke Mr. PB.

"Kalo datanya rahasia dan ga mungkin dipublish, ya mungkin aja ada Ph.D tanpa paper. "

Merasa mendapat angin segar, trus dia bilang "Na... tu kaaaaan. Brarti emang bener tu. Di jurusan yang sama dengan kita, tapi di Tokyo University."

Oh my God!!!! Sukanya ngomong ga pake otak tu lho Mr. PB ni. Mbok disupport dulu evidencenya baru berpendapat gitu lhoooo.

Comments: Post a Comment
The Journal

tomorrow should be better than today



Blogroll Me!

Subscribe with Bloglines

Add http://cikubembem.blogspot.com to your Kinja digest

Listed on BlogShares


The Writer

Momo-chan.
Bukan orang biasa.
Ga suka MASAK.
Pecinta rotenburo.



Something Happened




Contact me

Send an email


Important Note

Postingan di blog ini terdiri dari kisah nyata dan fiksi. Dalam teknik penulisan di blog ini, aku lebih memilih menggunakan sudut pandang orang pertama, meski tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan sudut pandang orang ketiga.
Mengingat ada beberapa postingan yang bersumber pada kisah nyata, maka demi menjaga kerahasiaan responden, aku tidak bersedia menjawab pertanyaan yang bersangkutan dengan jati diri responden.
Kesamaan nama, tempat dan peristiwa adalah kebetulan belaka. Dan semua itu bertujuan agar maksud postingan tersampaikan dengan baik.


Archives

November 2004
December 2004
January 2005
February 2005
March 2005
April 2005
May 2005
June 2005
July 2005
August 2005
September 2005
October 2005
November 2005
December 2005
January 2006
February 2006
March 2006
April 2006
May 2006
June 2006
July 2006
August 2006
September 2006
October 2006
November 2006
December 2006
January 2007
February 2007
March 2007
April 2007
May 2007
June 2007
July 2007
August 2007
September 2007
October 2007
November 2007
December 2007
January 2008
May 2008
June 2008
July 2008
August 2008
October 2008
December 2008
February 2009
March 2009


Previous Posts

Kekesalan di sela kesibukan
Dibalik tawa
KONAI DE!!!!
Daftar absen
Beda jaman, beda bahasa
Bahasa cina
Kita
Penerbangan yang mengerikan
Enaknya diapaain yah?
Berbagi Konsentrasi


Friends




Links

Panasonic Scholarship Japan
Panasonic Scholarship Indonesia
Mie University
Japanese-English Online Dictionary


Member of









Credits

  
  
  
  



Designed by mela
Get awesome blog templates like this one from BlogSkins.com