one step ahead
|
Tuesday, March 27, 2007
Barang yang paling berat untuk dibawa adalah buku. Dan biasanya buku itu menipu. Karena kan tidak makan space, tapi berat (densitasnya besar :D ).
Kebetulan aku besok pulangnya bareng keluarganya Pak Edy. Masih ada jatah bagasi yang muat untuk satu tas lagi. Aku punya banyak tas tapi ga punya sisa baggage allowance. Akhirnya karena mereka masih punya jatah baggage allowance, kita masukin lagi satu tas. Isinya barang-barang kita berdua. Tapi tololnya, aku bisa-bisanya lupa memasukkan buku-buku milik Pak Edy ke dalam tas. Padahal udah di packing tu tasnya. Stress aku. Akhir-akhir ini aku kok suka lupa begini sih. Menyebalkan. Akhirnya terpaksa buku-buku itu dimasukin ke tas yang mau masuk cabin baggage. Buset dah.... jadi berat banget kan kalo dimasukin jadi satu tas. Akhirnya buku-bukunya aku split jadi 2 tas. Semoga dibolehin ama pramugarinya deh. Nah, malam ini aku ada dinner ama temen-temenku di sini. Ditraktir ama mantan senior untuk merayakan graduation aku dan seorang temen. Nah, trus temenku ini cerita tentang proses packing checked-baggagenya dia. Dia cuman ada jatah 20 kg. Dan tololnya, dia tidak memperhatikan kalo sisa barang yang belum dia kirimkan via kontainer itu adalah BUKU. Huahahaha.... stress banget ga tuh. Mana bisa buku kok cuman 20 kg. Emang sih space tas bakal nyisa banyak, tapi beratnya jelas jadi gila-gilaan donk. Sekarang dia sedang kebingungan ngurusin bukunya. Lucu banget deh. Tadi siang, aku yang stress banget gara-gara buku-bukunya Pak Edy lupa blum aku masukin tas. Siang berganti malam, sekarang temenku yang puyeng mikirin bukunya. Hati-hati ama buku lho. Jangan terperdaya. Volumenya aja kecil, tapi berat booooo. Bisa-bisa jatah bagasi habis buat buku (dan album DVD kekeke).
Comments:
Post a Comment
|
The Journal
tomorrow should be better than today Blogroll Me! The Writer
Momo-chan. Bukan orang biasa. Ga suka MASAK. Pecinta rotenburo. Something Happened Contact me Send an email Important Note
Postingan di blog ini terdiri dari kisah nyata dan fiksi. Dalam teknik penulisan di blog ini, aku lebih memilih menggunakan sudut pandang orang pertama, meski tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan sudut pandang orang ketiga. Mengingat ada beberapa postingan yang bersumber pada kisah nyata, maka demi menjaga kerahasiaan responden, aku tidak bersedia menjawab pertanyaan yang bersangkutan dengan jati diri responden. Kesamaan nama, tempat dan peristiwa adalah kebetulan belaka. Dan semua itu bertujuan agar maksud postingan tersampaikan dengan baik. Archives
November 2004 December 2004 January 2005 February 2005 March 2005 April 2005 May 2005 June 2005 July 2005 August 2005 September 2005 October 2005 November 2005 December 2005 January 2006 February 2006 March 2006 April 2006 May 2006 June 2006 July 2006 August 2006 September 2006 October 2006 November 2006 December 2006 January 2007 February 2007 March 2007 April 2007 May 2007 June 2007 July 2007 August 2007 September 2007 October 2007 November 2007 December 2007 January 2008 May 2008 June 2008 July 2008 August 2008 October 2008 December 2008 February 2009 March 2009 Previous Posts
Kartu mahasiswa = Pintu kemana saja Tanpa Selasa-Rabu Always telat Packing: A never ending process A Japanese Style of Presentation Masak 39% Dorama vs Belajar Mienaku naru Tasukete hoshii Friends
Links
Panasonic Scholarship Japan Panasonic Scholarship Indonesia Mie University Japanese-English Online Dictionary Member of Credits
|