one step ahead
|
Saturday, April 14, 2007
Aku ga pernah tahu, kalo hari ini bakal menjadi hari paling seru (gila) dalam sejarah travellingku.
Bangun tidur, aku melakukan reharsal bagasi. Kita berempat dapat jatah bagasi total 120 kg. 6 buah tas udah ada di Kansai airport, berat totalnya 123 kg. Menurut perhitunganku, seandainya bagasi kita 135 kg sekalipun, insya Allah masih diijinkan masuk dengan gratis, jadi masih ada jatah 12 kg. Udah aku atur bahwa kita berempat cuma bawa 3 barang ke kabin. Aku ngebawa backpack 10 kg dan koper 15 kg. Mbak Fitri ngebawa tas 8 kg. Satu tas lagi akan dimasukkan ke bagasi so that berat bagasi total sekitar 135 kg. Aku penginnya kita ada di urutan awal pas check-in, so that meski kelebihan bagasi sekalipun, tetep di kasih gratis. Kita check out jam 6:45. Anggota rombongan bertambah satu. Seorang ibu yang ternyata menginap di hotel yang sama dan akan pulang menggunakan penerbangan yang sama (Garuda GA 883). Selesai check out, kita langsung jalan kaki ke Shin Imamiya eki. Masalah pertama timbul. Ibu itu sok tau bahwa perjalanan ke airport itu menggunakan bus. Perjalanan ke airport kan bisa pake bus, kreta, mobil, taksi, jalan kaki, bahkan jalan jongkok juga bisa. Yang menjadi masalah adalah, mana yang paling efektif dan efisien. Dan menurutku, yang paling efektif dan efisien dari Nishinari adalah menggunakan kereta. Dan itulah alasanku nginap di Nishinari gitu lho. Akhirnya ibu itu manut ama aku. Dia bilang "Tapi saya ga tau lho rute kalo pake kreta." Karena kesel, aku cuma bisa bilang dengan ketus"Watashi ni makasete." Mbuh dia donk artinya apa engga :D. Dilihat dari gelagatnya sih, keknya ga donk. Sampe di persimpangan, ada tulisan Shin-Imamiya JR eki. Kita ga ke JR-line eki, tapi ke Nankai-line eki. Nama stasiunnya sama, Shin Imamiya, tapi line kretanya beda. Aku kan jalannya paling depan. Aku udah memberi petunjuk bahwa kita belok kiri. Eeeeeh... ibu itu malah ngenyel. "Lho... kalo mau ke Shin Imamiya itu terus lho, bukan belok kanan." Menyebalkan. Beberapa perusahaan kereta di Jepang kan memberlakukan sistem kreta tokyu dan kereta biasa. Untuk bisa naek kreta tokyu, kita harus membayar fee tambahan (tokyu-ken) dan duduk di tempat tertentu sesuai yang tertera di tiket. Tapi, kalo waktu perjalanan dengan kereta kyuko (express) di bawah 60 menit, maka membeli tiket tokyu tidak terlalu signifikan bedanya, karena kreta tokyu hanya akan mempercepat perjalanan selama sekitar 10 menit. Jadi, tiket tokyu menurutku baru menguntungkan kalo kita emang pengin mempercepat waktu perjalanan apabila lama perjalanan di atas 90 menit (dengan kreta kyuko). Hasil search di yahoo transit memperlihatkan bahwa waktu tempuh Shin Imamiya-airport tidak sampe 1 jam. Itu artinya, ga perlu banget lah pake kreta tokyu. Aku kan bawa jadwal kreta. Berdasar jadwal tersebut, kreta berikutnya adalah jam 7:12. Jam 7 lebih dikit, ada kereta tokyu lewat. Aku udah memberi pengarahan kepada anggota rombongan (huahaha) bahwa kita naek kreta kyuko jam 7:12. Tapi ibu itu usul biar kita naek tokyu aja. Aku terpaksa menjelaskan "Naek kyuko aja, naek tokyu harus bayar lagi." "Bayar apa? Fare adjusment ya?" Fare adjustment adalah biaya yang harus dikeluarkan apabila kita salah beli tiket. Harusnya beli tiket 500 yen, tapi kita cuma bayar 200 yen. Akibatnya, sebelum keluar di stasiun tujuan, kita harus bayar dulu (fare adjusment) sebesar 300 yen. "Bukan fare adjustment, tapi tokyu ken." "Ga pa pa lagih, kita naek aja. Ntar di sana baru fare adjusment." Edaaaaaaaaan, ngenyel banget ibu ini. Dibilang bukan fare adjusment. Mana mau asal naek lagih. Ga tau apa kalo naek tokyu tu tempat duduknya harus reservasi. Males ah aku njelasinnya. Akhirnya Pak Edy nyari info ke penjual makanan di sekitar tempat kita nunggu. Beliau mendapat informasi bahwa dari Shin Imamiya sampe airport, tokyu ken adalah sebesar 500 yen. Segera ibu itu memberi instruksi ke Pak Edy. "Beli aja sekalian untuk kita semua Pak." Hualaaaaaaaaaaaaaah.... ngapain sih beli tokyu ken. Baru pertama dalam hidupku, partner travellingku mengusulkan untuk membeli tokyu ken untuk perjalanan di bawah satu jam. Illogical conclusion banget ga sih. Meski cuma 500 yen, tapi pokoknya aku tetep ga mau. 500 yen yang bakal sia-sia. Akhirnya ibu itu bersedia menerima penjelasanku bahwa dengan kreta kyuko pun, kita bakal datang sebelum waktu check in dimulai. Mungkin karena angin dari Siberia tiba-tiba bertiup, ibu itu langsung percaya ama aku (mbok dari tadi gitu loh). Sesuai dengan planningku, kita sampe di airport sebelum waktu check in dimulai. Sebelum check in, kita harus ambil barang yang udah dikirim pake takyubin. Kebetulan aku ama keluarga Pak Edy ngirimin barang pake Sagawa Express. Kebetulan konter Sagawa Express paling deket ama loket A. Check in Garuda adalah di loket A. "Kita ambil barang dulu ya." "Lho... jadi barangnya harus diambil dulu, trus baru check in ya?" tanya si ibu itu. Astaghfirullah... aku sampe tergaga-gaga mendengar pertanyaan ini. Segera kita menuju loketnya Sagawa buat ambil barang. Ibu itu dengan culunnya ngikutin aku ke loketnya Sagawa. Trus aku tanya ke ibu itu. "Ibu kemaren ngirimnya pake apa?" "Pake Kuroneko Yamato." "Oooo... kalo pake Kuroneko, loketnya bukan disini, tapi di pojokan yang jauh di ujung sana. Dekat loket D deh keknya loket Kuroneko." "Lha... kok mbak ambil barangnya di sini sih?" "Aku kan pake Sagawa. Laen kali, kalo mau berangkat dari Kansai, barang dikirim pake Sagawa, biar ambilnya deket dengan lokasi check-in Garuda. Kalo pake Kuroneko, loketnya jauh dari lokasi check-in Garuda." Akhirnya ibu itu pergi ninggalin rombongan kita (alhamdulillah). Setelah ambil 6 koper di loketnya Sagawa, akhirnya kita mojok buat repacking lagi (GLEK!!!). Barang-barang diatur sedemikian rupa sehingga bagasi kita bisa mencapai 135 kg. Seperti perkiraanku, kita bakal ada di urutan awal pada saat check in. Masalah mulai timbul pada saat ngitung bagasi. Karena barang kita banyak banget, maka penimbangan dilakukan 2 kali. Pada saat penimbangan tahap pertama selesai, mbaknya bilang "Lagi... lagi..." memberi instruksi biar aku nambahin barang lagi. Nah, aku jelas heran banget. Kok masih disuruh nambah lagi ni. Emang masih ada gitu jatah bagasinya? Akhirnya aku masukin koper kabinku (yang beratnya 15 kg) dan tas kabin (beratnya 8 kg). Trus mbak Fitri juga masukin kreta bayi. Trus mbaknya ngasih info bahwa kita overweight 40 kg. Jatah kita 120 kg. Tapi ama dia kasih 130 kg. Padahal barang kita ada sekitar 170 kg. Jadi, disuruh bayar 140.000 yen. GLEK!!!! Woooooo.... mbaknya memperdayai aku. Dia tadi pake bilang "lagi... lagi..." tu lho ah. Akhirnya aku ambil tas kabin (yang beratnya 8 kg). Masih overweight 30 kg. Disuruh bayar 90.000 yen. Huaaaaaaa... ga mau. Akhirnya aku bilang ke dia, aku mau ambil tas kabin (yang beratnya 15 kg). "Lho, tapi ini juga ga bisa masuk ke kabin lho. Kan berat maksimum 7 kg," mbaknya memberi penjelasan. Aku tahu lah kalo berat maksimum tas kabin itu cuma 7 kg. Makanya aku ga berencana melaporkan keberadaan tas itu pada saat check in. Lha tapi tadi dia pake bilang "Lagi... lagi...." tu lho ah. Aku terpedaya. Oh tidaaaaaaaaaaaak. Kebetulan mbaknya adalah orang JAL. Akhirnya dia bilang "Tunggu orang Garuda datang aja ya. Kalo saya sih ga bisa ambil keputusan. Keputusan saya tetap seperti ini. Bayar 90.000 yen atau barangnya diambil dan dikirim pake pos aja." "Kita udah ga bakal balik lagi ke Jepang. Jadi ga bisa ngirimin lewat pos. Trus ga punya duit juga buat bayar 90.000." "Ya udah deh, sekarang pokoknya check in aja dulu ya. Boarding passnya masih saya tahan. Ntar balik lagi ke sini jam 9:30 ya. Mungkin orang Garuda udah datang jam segitu." Ya dah deh. Akhirnya kita cari tempat duduk dulu buat nungguin orang Garuda datang. Jam 9:30, orang Garuda belum datang. Jam 9:45, belum datang juga. Njelehi. Trus aku didatengin polisi. Kita (aku dan polisi) malah menggosip. "Menurutmu aku nyeremin ga?" tanya pak polisi. "Ga tu. Polisi Jepang emang nyeremin po?" "Iya ya. Polisi Jepang ga nyeremin kan ya?" "Iya. Nah ini coba liat, kamu malah pake suit kek gini. Keren banget lagih. Polisi di negara lain mah ga ada yang kek gini. Mana tadi gayamu keren banget lagih pas nunjukin lencana polisi di balik jas." "Trus tadi kamu takut ga pas aku datengin?" "Biasa aja lagih." "Tu kaaaan. Ga deg-degan kan?" "Biasa aja lagih." Buset dah. Percakapan seperti ini hanya bisa dilakukan dengan polisi Jepang saja. Akhirnya kita ngobrol-ngobrol selama 15 menit. Tepatnya bukan mengobrol. Tapi... ya biasalah. Intel Jepang kan selalu pengin tahu tentang kegiatan orang Muslim. Ditanyain ini itu. Jam 10:00. Orang Garuda masih belum datang juga. Aku stress berat memikirkan strategi buat mengelabui mbak JAL itu. Akhirnya rencana aku susun dengan matang. Aku kan jago akting. Mosok mengatasin mbak satu itu ga bisa sih (huahahaha). Aku memberi instruksi ke mbak Fitri untuk nyiapin uang 10.000 aja di dompet. Duit yang laen harus dipisahkan di tempat yang tersembunyi. Aku juga cuman naruh 9.000 yen di dompet. Akhirnya aku datang ke konter check-in lagi. "Udah datang orang Garudanya?" "Maaf ya. Ternyata belum datang tu." "Ya udah deh. Koper yang kecil itu aku ambil aja," kataku sambil nunjuk koper kabin yang beratnya 15 kg itu. Harapanku, kalo koper itu diambil, meski tetep overweight, aku bakal ngotot bahwa kita cuman mampu bayar dibawah 20.000 yen. Karena duit kita (di dompet) cuman segitu. "Lho trus gimana? Dikirim pake pos ya?" "Udah ga sempat ngirimin lah. Mau aku buang aja kok." "Haaaah? Yang bener?" "Iya." "Eh, coba sbentar aku telponin orang Garuda dulu ya." Akhirnya si mbak nelpon orang Garuda. Hasilnya? "Ga ada masalah. Semua barang bisa masuk. Ini boarding pass nya," jawab si mbak. Tinggallah aku bengong. Kita kelebihan bagasi 40 kg (sbenernya 50 kg karena kan aku masih punya backpack 10 kg yang masuk kabin), tapi ga disuruh bayar blass. Wuaaaaaaaaaaaaaaaaa..... aku bener-bener kagum dengan kemampuan aktingku. Hiyahahahaha.... senangnya hatiku tralala trilili.
Comments:
Post a Comment
|
The Journal
tomorrow should be better than today Blogroll Me! The Writer
Momo-chan. Bukan orang biasa. Ga suka MASAK. Pecinta rotenburo. Something Happened Contact me Send an email Important Note
Postingan di blog ini terdiri dari kisah nyata dan fiksi. Dalam teknik penulisan di blog ini, aku lebih memilih menggunakan sudut pandang orang pertama, meski tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan sudut pandang orang ketiga. Mengingat ada beberapa postingan yang bersumber pada kisah nyata, maka demi menjaga kerahasiaan responden, aku tidak bersedia menjawab pertanyaan yang bersangkutan dengan jati diri responden. Kesamaan nama, tempat dan peristiwa adalah kebetulan belaka. Dan semua itu bertujuan agar maksud postingan tersampaikan dengan baik. Archives
November 2004 December 2004 January 2005 February 2005 March 2005 April 2005 May 2005 June 2005 July 2005 August 2005 September 2005 October 2005 November 2005 December 2005 January 2006 February 2006 March 2006 April 2006 May 2006 June 2006 July 2006 August 2006 September 2006 October 2006 November 2006 December 2006 January 2007 February 2007 March 2007 April 2007 May 2007 June 2007 July 2007 August 2007 September 2007 October 2007 November 2007 December 2007 January 2008 May 2008 June 2008 July 2008 August 2008 October 2008 December 2008 February 2009 March 2009 Previous Posts
29 Maret March 28 Nyetrika Puter-puter Rasuto Buku pemberat Kartu mahasiswa = Pintu kemana saja Tanpa Selasa-Rabu Always telat Packing: A never ending process Friends
Links
Panasonic Scholarship Japan Panasonic Scholarship Indonesia Mie University Japanese-English Online Dictionary Member of Credits
|