<body>


one step ahead
Sunday, April 15, 2007

30 Maret: Terancam ga bisa meninggalkan Jepang (part 2)

Aku ga pernah tahu, kalo hari ini bakal menjadi hari paling seru (gila) dalam sejarah travellingku.

Meski jam 10:00 aku dah ngedapetin boarding pass, tapi barang milik kami masih ada di konter check in. Jam 10:15, ternyata barang masih saja di konter check in. Jam 10:30, setengah barang milik kami udah masuk, tapi sisanya masih di konter check in. Akhirnya, karena separo barang udah masuk, maka kami memutuskan untuk masuk.

Mbak Fitri minta ijin buat pipis dulu. Mungkin kita baru masuk jam 10:40. Kami berpisah dengan Pak Edy. Karena yang bisa masuk kan cuma penumpang aja.

Mulai tanggal 30 Maret 2007, peraturan penerbangan di Jepang diperketat. Liquid, gel dan aerosol harus dimasukkan ke dalam kantong plastik berseal. Satu penumpang hanya boleh bawa satu kantong. Trus pada saat pemeriksaan X-ray, komputer dan jaket harus dipisah satu persatu dan dimasukkan dalam tray.

Satu tasku ga lolos pemeriksaan X-ray. Katanya sih, di dalam tasku ada makanan dan liquid/gel/aerosol. Sbenernya tas ini tidak disiapkan sebagai tas kabin. Tapi karena ada kesalah-pahaman dengan mbak di konter check in, akibatnya tas ini jadi aku masukkan sebagai tas kabin. Akhirnya tas dibongkar. Aku menemukan suplemen. Trus tas di cek lagi. Masih belum lolos. Petugasnya bilang, masih ada liquid/gel/aerosol di situ. Lhaaaaa.... aku yakin ga ada kok. Barang apa lagi sih yang masih ada di situ. Akhirnya tas dibongkar lagi. Aku nemu plastik besar isi shampo dan bath soap milik keluarga Pak Edy. Emang kita tu bekerjasama dalam soal tas hihihi. Ada beberapa tas yang isinya barangku dan barang milik keluarga Pak Edy. Huaduuuuh... aku kaget karena nemu liquid/gel dalam jumlah besar di tasku. Sementara itu, mbak Fitri juga kaget karena ternyata barang yang sejak kemarin dicari-cari ternyata ada di tasku hihihi. Baru deh setelah shampoo dan sabun itu dibuang, tasku lolos pemeriksaan X-ray.

Selesai pemeriksaan barang, kita menuju kantor imigrasi. Kalo aku sendiri mah, udah langsung naek eskalator aja kali. Tapi, karena sekarang bersama ibu dan 2 anak, terpaksa nunggu lift dulu. Sampailah kita di loket imigrasi.

Aku maju duluan. Dokumenku beres.

Giliran keluarga mbak Fitri. Ditolak karena mereka ga punya dokumen embarkasi Jepang. Aku tanya ke mbak Fitri, "Dulu kan pas masuk Jepang pertama kali, pasti dapat kartu embarkasi warna coklat muda to? Itu kertasnya ditaruh mana? Itu kan ga boleh ilang. Harus nempel terus di paspor."

Mbak Fitri ngotot, "Ga ada kok. Kita ga pernah nerima dokumen itu."

Aduuuuuuh.... pake ngenyel pula. Udah jelas dokumen itu PASTI ada gitu lho. Petugasnya bilang, ga bisa meninggalkan Jepang kalo dokumen itu ga ada. Akhirnya petugasnya berbaik hati dan memperbolehkan kita untuk mengisi dokumen embarkasi yang baru.

Terpaksa waktu terbuang untuk mengisi 3 lembar dokumen. Pada saat ngisi itu, aku sempat-sempatin ngecek paspor mbak Fitri. Gubraaaaaaaaaaaaak. "Lho mbak, trus kertas ijo dokumen imigrasi Indonesia ada di mana? Kok ga ada di sini sih? Itu kan juga sbaiknya nempel terus di paspor."

Lagi-lagi mbak Fitri bilang "Kertas ijo apaan? Kita ga pernah dikasih kok."

Gleeeeeeeeeeek.... kalo ga pernah dikasih kok bisa meninggalkan Indonesia ya :D . Aku bilang ke mbak Fitri, nanti pas masuk ke Indonesia, pasti petugasnya mempermasalahkan lagi, jadi harap siap-siap aja hehehe.

Trus aku ngecek paspornya anak-anak. "Lho mbak, KTPnya anak-anak mana? Kok ga ada sih?"

"Lho, anak-anak kan ga punya KTP. Di Indonesia kan juga gitu to, anak-anak mana punya KTP."

Jawaban yang masuk akal. "Lho tapi kalo ga ada KTP trus bukti identitas dirinya apa donk?"

"Ya paspor aja."

"Paspor kan bukti identitas diri dari Indonesia, lha bukti identitas diri yang dari Jepang trus apa donk?". Mbak Fitri juga ga bisa jawab pertanyaanku. Aku mana tahu lah urusan begituan, wong blum punya anak gitu lho.

Akhirnya setelah urusan dokumen imigrasi warna coklat selesai, mbaknya nanyain tentang identitas anak. Ternyata, untuk identitas anak, bentuknya bukan KTP (gaikokujin touroku shoumeisho), tapi ada dokumen warna biru muda yang namanya aku ga tau. Si mbak imigrasi memperlihatkan contoh dokumen tersebut.

"Ooooo... dokumen yang itu to. Iya, kita juga punya, tapi di bawa bapaknya anak-anak," jawab mbak Fitri.

Gubraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaksssssssss. Aku nyaris pingsan. Bagaimana bisa meninggalkan Jepang kalo kita ga punya identitas diri. Oh tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak.

Akhirnya si mbak nelpon petugas lain di kantor imigrasi. Kita dijemput petugas imigrasi trus disuruh ke kantor. Mbak Fitri kan ga bisa bahasa Jepang. Jadi pas kita disuruh ke kantor, mbak Fitri nangkepnya kita diijinkan lolos dari loket imigrasi. Trus mbak Fitri bilang ke petugasnya "Yoroshiku onegaishimasu," sambil ambil tas buat masuk ke loket.

"Lho, mbaaaaak. Bukan kesitu. Urusannya belum selesai. Kita harus ke kantor dulu," hihihihi aku terpaksa harus geli kali ini :D

Akhirnya kita masuk ke kantor imigrasi.

Aku jelasin lagi bahwa dokumen tersebut dibawa oleh si bapak. Si bapak mungkin sedang dalam perjalanan ke stasiun, tapi aku bisa menghubungi beliau.

Petugas imigrasi bilang, "Ya udah, ditelpon aja dulu. Bapaknya suruh kesini buat submit dokumen tersebut."

"Tapi pak, handphoneku udah di unsubscribe ni. Ga bisa dipake bo. Pinjem telponnya boleh ga?" aku memelas.

Petugasnya udah pasang tampang oh-my-god gitu deh. Akhirnya dia men-dial nomornya Pak Edy. Aku nelpon Pak Edy. Ternyata emang dia bawa dokumen itu. Untung Pak Edy belum naek kereta. Aku segera request beliau untuk balik lagi ke airport.

Waktu udah menunjukkan jam 11:00. Pesawat yang kita naiki harusnya berangkat jam 11:00. STRESS DAKUUUUH.

Petugasnya bilang, kalo kita ga bisa submit dokumen itu hari ini, kita bisa ngirimin pake pos.

"Lho pak, brarti bapaknya anak-anak ini ga perlu datang ke sini buat submit dokumen tersebut donk?" tanyaku.

"Iya, ga usah. Besok dikirim aja."

"Wah kalo gitu saya pinjem telpon lagi donk Pak. Habis bapaknya anak-anak ini lagi otw kesini nih," aku lagi-lagi memelas mau pinjem telpon.

Petugas imigrasinya udah yang keseeeeeeeeeeeel banget denger aku mau pinjem telpon lagi.

Akhirnya aku berhasil ngabari Pak Edy bahwa beliau ga perlu datang lagi ke sini. Kita disuruh ngisi dokumen. Tololnya dokumennya itu dalam bahasa planet yang ga aku pahami (bukan bahasa Inggris atau Jepang).

Petugasnya nanya "Kamu tahu artinya kan?"

"Enggak."

"Lho, kamu ga tau bahasa Inggris po?"

"Lho, itu bukan bahasa Inggris kok."

"Trus ini bahasa apa?"

"Ga tau lah. Portugis kali. Atau Spanyol? Yang jelas bukan bahasa Inggris."

Petugasnya sekarang kelabakan. Berusaha nyari dokumen bahasa Inggris.

Aku bilang ke dia "Pake bahasa apa aja terserah deh, tapi tolong diterjemahkan aja secara lisan ke bahasa Jepang." Aku bilang begitu maksudku biar ga buang-buang waktu lagi gitu lho. Tapi sayangnya petugasnya terlalu sibuk nyari dokumen sehingga dia ga mendengar kata-kataku.

Trus petugasnya nanya ama temennya tentang keberadaan dokumen tersebut. Temannya jawab "Kasih yang bahasa Jepang aja. Toh keknya dia bisa baca kok." Akhirnya mereka berdua sibuk nyari dokumen bahasa Jepang. Tapi tololnya dokumen yang berbahasa Jepang juga ga ada. Huaaaaaaaaaaaaaa... sementara waktu udah beranjak ke 11:05.

Aku nanya ke petugasnya "Aduuuuh. Pesawat kan harusnya jam 11 ni. Ditinggal ga ya?"

"Wah ga tau ya," kata si petugas.

"Ya udah deh. Kalo gitu saya masuk dulu. Kan dokumenku udah beres. Cuman dokumen mereka bertiga aja yang blum beres." Aku emang udah sepakat ama mbak Fitri bahwa aku masuk dulu untuk memohon kepada petugas Garuda biar mau nungguin mereka bertiga.

"Ga boleh. Kamu ga boleh masuk duluan. Meski dokumenmu udah beres, tapi kan kalian pergi ber4. Jadi kamu harus stay disini dulu," kata petugasnya.

Huaaaaaaaaah... stress beratzzzzzz.

Akhirnya petugasnya nelpon petugas Garuda, ngabarin bahwa 4 orang penumpangnya masih tertahan di kantor imigrasi.

Dokumen berbahasa Inggris akhirnya ketemu. Segera kita isi.

Jam 11:10.
Petugas Garuda datang ke kantor imigrasi. Sibuk berhandy-talky ama rekannya. Dia nungguin kami selesai. Setelah selesai ngisi dokumen, aku bilang ke Hana ama Alif (anak-anaknya mbak Fitri) bahwa setelah urusan ini selesai, kita harus lari sampe ke pesawat.

Akhirnya urusannya selesai. Kita diijinkan untuk keluar dari imigrasi. Aku gandeng Hana. Mbak Fitri Alif. Aku lari ama Hana. Alif ga mau lari, maunya digendong. Tobaaaaaaaaat. Anak kecil benar-benar ga bisa diajak bekerjasama. Akhirnyas tasnya mabk Fitri aku bawa. Aku jadi bawa 3 tas. Hana ga aku gandeng. Tapi dia aku suruh lari di sampingku.

Kita sampe di trem. Naek trem buat ke gate yang menuju pesawat.

Setelah turun dari trem, kita udah ditunggu ama 2 orang petugas yang menyapa "Penumpang Garuda ya?"

Lalu 2 petugas itu membawakan tas kita. Petugas yang cowok agak galak bilang "Isoide. Hikouki icchau yo."

Lari-lari sampe pesawat. Akhirnya sampe juga di dalam pesawat. Jam 11:20.

Akhirnya pesawat baru tinggal landas jam 11:30.

Moral of the story:
Kalo pesawat telat, jangan semata-mata menyalahkan managemen pesawat.

Comments: Post a Comment
The Journal

tomorrow should be better than today



Blogroll Me!

Subscribe with Bloglines

Add http://cikubembem.blogspot.com to your Kinja digest

Listed on BlogShares


The Writer

Momo-chan.
Bukan orang biasa.
Ga suka MASAK.
Pecinta rotenburo.



Something Happened




Contact me

Send an email


Important Note

Postingan di blog ini terdiri dari kisah nyata dan fiksi. Dalam teknik penulisan di blog ini, aku lebih memilih menggunakan sudut pandang orang pertama, meski tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan sudut pandang orang ketiga.
Mengingat ada beberapa postingan yang bersumber pada kisah nyata, maka demi menjaga kerahasiaan responden, aku tidak bersedia menjawab pertanyaan yang bersangkutan dengan jati diri responden.
Kesamaan nama, tempat dan peristiwa adalah kebetulan belaka. Dan semua itu bertujuan agar maksud postingan tersampaikan dengan baik.


Archives

November 2004
December 2004
January 2005
February 2005
March 2005
April 2005
May 2005
June 2005
July 2005
August 2005
September 2005
October 2005
November 2005
December 2005
January 2006
February 2006
March 2006
April 2006
May 2006
June 2006
July 2006
August 2006
September 2006
October 2006
November 2006
December 2006
January 2007
February 2007
March 2007
April 2007
May 2007
June 2007
July 2007
August 2007
September 2007
October 2007
November 2007
December 2007
January 2008
May 2008
June 2008
July 2008
August 2008
October 2008
December 2008
February 2009
March 2009


Previous Posts

30 Maret: Terancam ga bisa meninggalkan Jepang (pa...
29 Maret
March 28
Nyetrika
Puter-puter
Rasuto
Buku pemberat
Kartu mahasiswa = Pintu kemana saja
Tanpa Selasa-Rabu
Always telat


Friends




Links

Panasonic Scholarship Japan
Panasonic Scholarship Indonesia
Mie University
Japanese-English Online Dictionary


Member of









Credits

  
  
  
  



Designed by mela
Get awesome blog templates like this one from BlogSkins.com