<body>


one step ahead
Wednesday, June 20, 2007

PCOS, am I?

Save time atau save money, mana yang kamu pilih? Untuk masalah kesehatan, aku milih save time. Bukan berarti bahwa aku kaya dan ga punya problem finansial. Sama sekali bukan begitu. But, waktu adalah sesuatu yang aku ga punya.

Ada orang hamil, trus keguguran, trus hamil lagi, trus keguguran lagi, hamil lagi, eeeeh keguguran lagi. Akhirnya dokternya nyuruh periksa TORCH lengkap (sekitar 1-1,2 juta). Dari tes ini, ketauan kalo orang tersebut menderita tokso. Untuk kasus ini, menurutku, orang tersebut cenderung save money. Sementara aku bukan tipe yang kek gitu. Aku lebih cenderung save time daripada save money. Sebelum nikah aku tes premarriage lengkap (1,7 juta, udah termasuk tes TORCH lengkap). Emang ngeluarin duit banyak banget. Tapi ternyata hasilnya aku kena tokso. Dengan demikian, aku udah save time, karena aku ga perlu melewati masa-masa keguguran karena tokso, atau kehamilan yang beresiko karena selama hamil aku selalu konsumsi obat tokso.

Aku kan domisilinya di Yogya. Entah kenapa, susah sekali menemukan SPOG di Yogya yang cenderung ke save time daripada save money.

SPOG pertamaku adalah Mrs. A. Setahun yang lalu aku udah komplain ke beliau, bahwa jadwal mensku tu ga teratur. Mrs. A bilang “Udah deh, gpp kok mbak. Wong banyak juga tu yang mensnya ga teratur tapi tetep hamil. Ntar sambil jalan kita liat dulu aja.” Slompret. Padahal aku udah bilang ke Mrs. A bahwa habis nikah aku ke Jepang, suami di Indonesia, habis aku pulang ke Indonesiapun, aku di Yogya suami di Jakarta. Even that, Mrs. A tetep juga ga ngerti bahwa aku tu butuh save time, not save money. Bahkan, ketika aku menghadap kepada Mrs. A dengan beberapa lembar hasil lab untuk tes premarriageku, Mrs. A bilang “Sebagian besar orang Indonesia emang kena tokso kok. Kalo semua orang kek mbak, tes dulu sebelum nikah, tentu bakal banyak banget orang-orang yang didiagnosa sakit.” Komentar ga mutu banget deh. Kalo ga bisa komentar, mendingan diam.

Pas aku udah selesai sekolah dan balik lagi ke Yogya, aku memutuskan untuk divorced ama Mrs. A. Selama seminggu aku blusak-blusuk rumah sakit di Yogya buat nyari SPOG yang namanya nyantol di hatiku. Entah kenapa, aku langsung jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Mr. S, jatuh cinta hanya karena melihat namanya saja (belum ketemu orangnya hehehe). Ditambah lagi, lokasi prakteknya dekat ama rumahku. Mr. S ini juga direkomendasikan oleh 8 dari 10 orang responden (wuakakaka.. data jangan dipercaya ya).

Sejak di Jepang dulu, aku udah mulai ngukur body basal temperature. Aku puter-puter ke ujung kota (pake sepeda) pas summer hanya untuk mencari temperature yang bisa ngebaca sampe 0.01 derajat celcius. Setelah berhasil mendapatkan termometer itu (yang cuma 800 yen huehehehe), aku mulai ngukur suhu tubuh setiap bangun tidur. Tapi, karena aku masih sekolah (baca: masih ngelab), waktu tidur dan waktu bangun kan ditentukan oleh kerjaan. Akibatnya, suhu tubuhku jadi naik turun kek jet coaster. Sampe di sini, aku memutuskan untuk brenti ngukur suhu tubuh. Pas udah di Indonesia, baru aku mulai ngukur suhu tubuh lagi.

Akhirnya aku datang ke SPOG bernama Mr. S. Aku cerita ke beliau tentang kondisi aku dan suamiku. Ditambah dengan mensku yang ga teratur, tentu susah sekali menentukan masa subur. 2 tahun yang lalu, siklus mensku adalah 19-24 hari, ini berlangsung selama 4-5 bulan. Trus setelah itu, siklus mensku jadi 31-46 hari, sampe sekarang. Well, sbenernya sejak dulu siklus mensku selalu ga teratur, cenderung panjang.

Untung Mr. S bukan Mrs. A. Aku dikasih obat profertil, obat untuk merangsang pertumbuhan sel telur. Karena saat itu aku masih in the middle of my cycle, obat itu mulai diminum pas siklus baru. Diminum 1x1, mulai hari ke 5 setelah mens. Lalu, pada hari ke 14, aku harus menjalani USG vagina untuk melihat ada tidaknya sel telur. Karena klinik Mr. S ga punya fasilitas USG vagina (USG melalui vagina, bukan melalui perut), beliau menyarankan untuk USG vagina di klinik Permata Hati di RS Sardjito. Itu adalah klinik bayi tabung.

Sekarang adalah hari ke 39 dari siklus mensku. Sejak hari ke 34, ada flek-flek di pantylinerku. Biasanya aku ga pernah gitu. Takutnya aku hamil…., but setelah pake testpack, ternyata negatif.

Berdasar bacaanku, sbaiknya kalo ada flek-flek, segera ke SPOG. Karena aku lagi di Jakarta, maka aku memutuskan untuk ke SPOG di Jakarta. Udah menjadi kebiasaanku, sebelum ke dokter, isi dulu otak dengan segala macam hal yang bisa dimasukkan ke otak. Maklum deh, dokter kan suka kurang informatif. Kalo kita ga tanya, ya dokternya diam aja. Mosok kita bayar mahal cuman buat bengong sih. Ga banget deh.

Untungnya selama ini aku rajin ngukur body basal temperature. Jadi aku punya bahan untuk aku diskusikan dengan SPOG di Jakarta ini. Pas ama Mr. S dulu, aku baru rajin ngukur suhu tubuh selama 3 minggu, jadi polanya belum terbaca.

Hasil pengukuran suhu basalku sampai saat ini menunjukan bahwa tidak ada peak dalam siklusku. How come? Apakah mungkin tidak ada ovulasi? Dari sini, aku mulai curiga.

Pas aku bertanya kepada dr. Google SPOG, beliau mengatakan bahwa sepertinya aku menderita PCOS (Polycyctic Ovary Syndrome). Gejalanya adalah siklus mens panjang, timbul jerawat, obesitas, timbul bulu-bulu, infertilitas. Kalo wanita normal, kan sel telurnya kalo udah matang berukuran sekitar 18 mm. Kalo penderita PCOS, sel telurnya banyak dan kecil-kecil, jadi sel telurnya ga pernah matang. Kalo penderita PCOS udah nikah, dia infertil, ga bisa hamil-hamil dalam jangka waktu lama. Trus hormon yang dihasilkan oleh si penderita itu ga balance. Kasarannya, produksi hormon androgennya, hormon laki2, berlebihan. Pengobatannya adalah dengan mengkonsumsi obat diabetes.

Mengingat Mr. S dulu nyuruh aku USG vagina di klinik Permata Hati, yang mana adalah klinik bayi tabung, aku menarik kesimpulan bahwa USG vagina itu banyak dipake di klinik fertilitas. Coz SPOG biasa ga melengkapi kliniknya dengan USG vagina, cuman USG perut aja. Kenapa aku pengin ke obgyn yang punya alat buat USG vagina? Karena sejak dulu, aku selalu pengin diperiksa (organ) dalam. Tapi, aku paling ga suka mendikte obgynku. Aku lebih suka mengungkapkan fakta-fakta dan mengamati apa yang akan dilakukan oleh obgyn tersebut untuk menindaklanjuti fakta-fakta itu. Kalo aku cocok ama jalan pikiran beliau, ya aku ga bakal pindah dokter. And vice versa.

Akhirnya aku mulai search SPOG yang punya spesialisasi fertilitas. Mama (mertua) rekomen ke RS Bunda. Trus dari hasil browsingku, ada beberapa penderita PCOS yang ditangani oleh dokter Mr. I di RS Bunda.

So, nanti aku bakalan menghadap ke Mr. I. Aku akan mengungkapkan data-data berikut ini:

- aku dah nikah setahunan, but sexually active baru 3 bulan due to LDR

- pernah kena tokso, but sekarang udah sembuh

- siklus mens panjang sehingga susah buat nentukan waktu ovulasi

- grafik body basal temperature tidak menunjukkan adanya peak yang signifikan

- udah dikasih profertil ama obgyn sbelumnya, but krn sekarang aku flek-flek melulu, aku jadi bingung ini dihitung sebagai mens apa enggak?


Although aku pengin banget Mr. I ngecek whether aku PCOS atau enggak, but aku enggak mau mendikte. Dengan data-data yang sama, Mr. S tidak menindaklanjuti kemungkinan aku kena PCOS. So, what does Mr. I think?


Tuesday, June 19, 2007

Back to the pool

Mungkin udah lebih dari 5 tahun ak ga pernah nyentuh kolam. Sejak memutuskan untuk ga berenang lagi, tepatnya sejak kelas 1 SMU, ak nyentuh kolam 1 tahun sekali buahahaha. But sejak 5 tahun yang lalu, sama sekali ga pernah nyentuh kolam lagi, coz aku trus lebih suka aerobik daripada berenang.

Karena berbagai macam pertimbangan, akhirnya ak memutuskan untuk ga aerobik lagi. Sbagai gantinya, ya harus renang. Pertama kali back to the pool, rasanya aneh banget. Aku lebih suka berenang malam, karena malas kalo harus ketemu anak2 klub. Siapa tahu masih ada yang kenal ama aku, buahahaha GR banget deh. Tapi, efek negatif renang malam juga banyak. Karena ga ada anak klub yang latihan malam, akibatnya, aku jadi diliatin banyak orang. Selalu aja ada yang minta diajarin teknik berenang yang benar. Aku mendadak jadi instruktur berenang. Senang sih, tapi pernah ada kejadian yang menyebalkan.

Ada orang yang minta diajarin gaya dada yang benar. Gaya dadanya kebetulan salah teknik. Setelah aku ajarin, trus dia praktek. Usahanya boleh juga. Akibatnya, tangannya jadi sakit. Coz kan otot yang seharusnya digerakkan, selama ini ga pernah digerakkan. Jadi, pas dia gerakkan otot itu untuk pertama kali, kan pasti sakit tu. Wajar aja to. Aku udah bilang gitu ke dia, tapi orang itu malah naek. Ga sopannya lagi, dia naek ga pamit pula. Tinggallah aku kebingungan nyari dia. Takut kalo dia mati tenggelam.

Pas hari minggu kemarin, aku officially punya murid renang lagi. Awalnya sih, dia cuman ngeliatin aku berenang aja. Tapi lama-lama dia pengin bisa berenang juga hihihi. Trus kita janjian mau berenang malam ini.

Compare with aerobik, renang memang membosankan. Coz ga ada musik, ga ada iramanya. Bosen deh. But, kalo di tempat senam, aku bukan pusat perhatian, coz yang senamnya lebih bagus dari aku kan banyak. But, kalo di kolam, meski aku suka kesel karena ga bisa renang cepat kek dulu lagi, tapi toh orang-orang ngeliat aku sebagai orang yang paling jago di seantero kolam. Huahahaha... kimochiii.

Tuesday, June 05, 2007

Sukapan

Sukapan (skirt on pants) adalah rok dan celana yang dipake barengan. Skirtnya bisa pake rok mini atau rok panjang. Celananya bisa pake celana atau legging. Terserah aja.

Karena sukapan ini sangat populer di Jepang, ga bakal ada orang melototin penggunanya. Sukapan mulai populer di Jepang sejak 2002. Sekarang ini di mall-mall (Indonesia) banyak bertebaran baju2 yang biasa kita liat sebagai baju tumpuk2 ala summer atau musim gugur (di Jepang). Tahun lalu baju model gini belum ada di Indonesia. Sekarang udah mulai rame dijual. Tapi sayangnya, sukapan belum juga masuk ke Indonesia.

Sekarang ini, celana panjang yg dijual di sini kan rata-rata hipster. Menyebalkan banget deh. Nunduk dikit, belahan pantat keliatan kemana-mana. Biasanya sih aku siasatin pake sukapan. Sayangnya, karena sukapan disini belum ngetrend, (very-very) mini skirt tu susah banget dicarinya. Ketika udah susah payah nemu, giliran dipake sebagai sukapan, bakal diliatin orang mulu. Menyebalkan.

Baru-baru ini aku berhasil mengubah mind-set nyokapku tentang sukapan. Setiap hari pas mau keluar rumah, aku selalu nanya ke nyokap (atau suami) tentang cocok enggaknya baju yang aku pake. Beberapa minggu yang lalu, kalo aku nanya ke nyokap tentang cocok-enggaknya mix n match sukapan yang mau ak pake kerja, nyokap pasti ngomel, "Baju apa sih itu mbak? Yang kek gini ya ga umumlah disini. Ntar kamu diomongin orang lho. Baju kek gitu ga cocoklah buat kerja. Copot aja roknya." Lho... lho... lho... pie sih. Pertanyaan dan jawaban kok enggak nyambung.

"Aku ga tanya pendapat tentang baju yang umum atau tidak umum. Yang aku tanyakan adalah, ini bagus enggak kalo aku pake?"

Akhirnya nyokap menyerah, "Iya... bagus kok." Buahahahahaha....


Waktu berlalu. Sekarang kalo aku pake sukapan, komentar nyokap udah beda, "Itu roknya kepanjangan, mbak. Pake rok yang mini aja."

Buahahaha... meskipun sukapan itu sbenernya sah-sah aja dipake untuk rok sedengkul atau di bawah dengkul, tapi sampe saat ini nyokap ama suamiku masih agak keberatan kalo rok yang dipake buat sukapan itu bukan rok mini. But so far, aku udah puas. Toh setidaknya suatu hal yang dianggap wagu ama nyokap, udah bisa diterima sebagai hal yang umum. Suatu saat nanti, mereka pasti bisa nerima sukapan dengan rok yang panjangnya di bawah dengkul. Dakara, aku percaya, suatu saat sukapan pasti juga bakal populer di Indonesia.

Monday, June 04, 2007

Cari cincin

Kemaren kita bertiga - aku, Chanchan ama Utik - ke Plangi. Tujuan utamanya sih buat nggosip. Tapi trus akhirnya kita jadi jalan-jalan.

Ternyata di Plangi ada konternya Perlini's Silver. Akhirnya aku sekalian nyuciin anting, kalung, cincin ama gelang di situ. Trus selidik-selidik.... ternyata Perlini juga punya cincin pair. Bahannya adalah SV925 (ga dilapis emas). Cihuiiii... jalan-jalan iseng ternyata membuahkan hasil. So, kita langsung menetapkan kalo cincinnya calon suami adikku ntar beli di Perlini's Silver aja.

Trus kita nemu konter Frank Duet. Disitu banyak dijual cincin kawin (pair). Tapi, sayangnya belinya harus sepasang. Lagian modelnya juga model umum. Tahu sendiri, tangannya Utik kan kecil bagai kurcaci, mana cocok pake model biasa. Akhirnya aku cari-cari lagi cincin yang super tipis. Akhirnya nemu di konter itu. Berliannya kecil, 0.1 karat. Kalo lebih besar dari itu, dipake jadi jelek. Walah-walah, emang ga cocok jadi orang kaya dia huahahaha. Trus cincinnya juga tipis banget. Tapi untungnya kata masnya, masih possible buat diukir nama di dalamnya. Syukurlah.

Sbenernya sih, aku masih pengin survey ke Felice. Sapa tau ada yang lebih murah hehehe.

The Journal

tomorrow should be better than today



Blogroll Me!

Subscribe with Bloglines

Add http://cikubembem.blogspot.com to your Kinja digest

Listed on BlogShares


The Writer

Momo-chan.
Bukan orang biasa.
Ga suka MASAK.
Pecinta rotenburo.



Something Happened




Contact me

Send an email


Important Note

Postingan di blog ini terdiri dari kisah nyata dan fiksi. Dalam teknik penulisan di blog ini, aku lebih memilih menggunakan sudut pandang orang pertama, meski tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan sudut pandang orang ketiga.
Mengingat ada beberapa postingan yang bersumber pada kisah nyata, maka demi menjaga kerahasiaan responden, aku tidak bersedia menjawab pertanyaan yang bersangkutan dengan jati diri responden.
Kesamaan nama, tempat dan peristiwa adalah kebetulan belaka. Dan semua itu bertujuan agar maksud postingan tersampaikan dengan baik.


Archives

November 2004
December 2004
January 2005
February 2005
March 2005
April 2005
May 2005
June 2005
July 2005
August 2005
September 2005
October 2005
November 2005
December 2005
January 2006
February 2006
March 2006
April 2006
May 2006
June 2006
July 2006
August 2006
September 2006
October 2006
November 2006
December 2006
January 2007
February 2007
March 2007
April 2007
May 2007
June 2007
July 2007
August 2007
September 2007
October 2007
November 2007
December 2007
January 2008
May 2008
June 2008
July 2008
August 2008
October 2008
December 2008
February 2009
March 2009


Previous Posts

Kamu minum susu apa?
Adaptasi yg Gagal: Berlalu Lintas
Senna atau Keita??
Liat J-ROCKS Ingat Kamechan
Babyboy babygirl?
Sensasi kecipratan salto pembalikan
Masakan Manado
Pencopet yang tidak beruntung
Speedo LZR
Working at home mom (???)


Friends




Links

Panasonic Scholarship Japan
Panasonic Scholarship Indonesia
Mie University
Japanese-English Online Dictionary


Member of









Credits

  
  
  
  



Designed by mela
Get awesome blog templates like this one from BlogSkins.com